Terungkapnya Aktivitas CIA Mata-Matai Perubahan Iklim

E-mail Cetak PDF
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Musim panas lalu, saat curah hujan tinggi mengguyur Pakistan, seorang analis intelijen veteran mengawasi dengan saksama dari meja kerjanya di markas besar CIA yang terletak sedikit di luar ibu kota. Bagi sang analis, yang memimpin Pusat Perubahan Iklim dan Keamanan Nasional milik CIA, bencana alam terburuk di Pakistan tersebut merupakan sebuah peringatan.
"(Hujan lebat) itu memiliki gejala-gejala yang serupa dengan yang akan terlihat saat terjadi perubahan iklim di masa mendatang," kata sang analis yang hanya bersedia memberikan keterangan hanya jika namanya dirahasiakan demi alasan keamanan.
"Kami ingin tahu apa saja kondisi yang mengakibatkan terciptanya bencana seperti banjir Pakistan? Apa saja hal-hal yang penting bagi aliran air, keamanan makanan, … radikalisasi, penyakit, serta orang-orang yang kehilangan tempat tinggal," tambahnya.
Saat para agen intelijen mengukur bagian-bagian dari stabilitas negara, mereka menyadarai bahwa hal-hal yang mereka teliti, seperti aliran sungai yang dapat ditebak serta hasil pertanian, telah berubah.
Namun, pemerintah AS tidak siap untuk bertindak menghadapi perubahan iklim yang datangnya jauh lebih cepat dari perkiraan dan mengancam menciptakan ketidakstabilan terhadap berbagai lokasi yang terdapat kepentingan AS. Hal itu diindikasikan dalam hasil wawancara dengan sejumlah pejabat dan mantan pejabat serta pakar asing dan hasil tinjauan selama dua dekade.
Proyeksi iklim tidak banyak memiliki data penting, dan informasi mengenai reaksi orang terhadap perubahan – misalnya dengan bermigrasi – juga jarang. Para petinggi militer mengatakan mereka masih belum memiliki data intelijen yang mereka butuhkan untuk mempersiapkan apa yang mungkin akan terjadi.
Rolf Mowatt-Larssen, seorang veteran CIA berusia 23 tahun yang memimpin unit Departemen Intelijendari 2005 hingga 2008, mengatakan bahwa komunitas intelijen memang tidak dipersiapkan untuk mengurusi masalah seperti perubahan iklim, hal yang tidak ada hubungannya dengan pencurian rahasia-rahasia.
"Saya menganggap apa yang dilakukan pemerintah AS terhadap perubahan iklim hanya di bibir saja," kata Mowatt-Larssen yang saat ini menimba ilmu di Universitas Harvard. "Itu tidak serius."
Pada 1990-an, CIA membuka sebuah pusat lingkungan, mereka bertukar data foto satelit dengan Rusia dan membebaskan para ilmuwan AS mengakses informasi rahasia. Tapi, saat Bush mulai menjabat, pusat itu digabungkan dengan kantor lainnya dan pekerjaan terkait iklim diabaikan.
Pada tahun 2007, sebuah laporan oleh sejumlah mantan perwira tinggi militer menyerukan agar diberikan perhatian terhadap dampak keamanan nasional dari perubahan iklim.
Dewan Intelijen Nasional menyusul setahun kemudian dengan membuat perkiraan terkait topik tersebut. Tapi, sejumlah politikus Republikan mengecamnya dan menyebutnya pengalihan sumber daya.
Ketika Direktur CIA Leon Panetta mempertahankan pusat perubahan iklim pada 2009, para anggota dewan konservatif berusaha memblokir pendanaannya.
"Sumber daya yang dimiliki CIA harus difokuskan pada pengawasan teroris di gua-gua, bukannya mengawasi beruang kutub di gunung es," kata Senator John Barasso, perwakilan Republikan asal Wyoming, kala itu.
Saat ini, dengan seruan penghematan dari setiap sektor, para pemimpin Kongres memperjelas bahwa dana intelijen yang membengkak menjadi $80,1 miliar tahun lalu harus dipangkas, dan menyusul kemenagnan kubu konservatif di pemilihan sela, banyak kalangan di politik yang yakin bahwa kinerja intelijen dalam perubahan iklim akan terancam.
Isu-isu lingkungan telah sejak lama diakui sebagai kunci untuk memahami apa yang mungkin terjadi di negara-negara yang tidak stabil. Pada 1990-an, saat para mata-mata mempelajari hal-hal seperti hasil panen Korea Utara, berupaya mengantisipasi apakah kekurangan panen dapat mengakibatkan ketidakstabilan, CIA juga berbagi data intelijen lingkungan rahasia dengan para ilmuwan melalui sebuah program yang di kemudian hari dikenal dengan nama Medea.
"Seluruh kelompok (ilmuwan) adalah patriot dan ini merupakan peluang untuk membantu negara ini mengambil tindakan terhadap bencana yang kami lihat datang dari perubahan iklim," kata Robert Bindschadler, seorang ilmuwan ahli sungai es di NASA yang mendapatkan izin keamanan saat Medea diawali pada 1992.
Para ilmuwan yang mendapatkan izin juga membantu CIA menginterpretasikan data lingkungan dan meningkatkan metode pengumpulan data, kata John Deutch, mantan direktur CIA dalam pidatonya tahun 1996.
Tapi, Kongres AS yang dikuasai Republikan secara bertahap mengurangi program-program tersebut, dan setelah Presiden George W. Bush menjabat pada 2001, kepentingan tingkat tinggi dalam program keamanan lingkungan menghilang. Para agen intelijen yang ditugaskan dalam bidang itu diberi tugas lain.
Terry Flannery, yang memimpin pusat keamanan lingkungan CIA hingga tahun 2000, mengaku harus melangkah hati-hati pada tahun-tahun terakhir mengoperasikannya.
"Saat ilmu pengetahuan dan politik bersimpangan, maka Anda merasakan hal yang aneh," katanya. "Terkadang rasanya aneh."
Jenderal (purn.) Michael Hayden, yang memimpin CIA dari tahun 2006 hingga 2009, mengatakan bahwa masalah-masalah seperti energi dan air masuk dalam pengarahan singkat harian Bush, tapi perubahan iklim dibuang dari agenda.
"Saya tidak memiliki pasar untuk itu saat saya menjadi direktur (CIA)," kata Hayden dalam sebuah wawancara baru-baru ini. "Sepanjang waktu, yang dibahas selalu terorisme, dan jika tidak, maka yang dibahas adalah Iran."
Sikap skeptis pemerintahan Bush mengenai pemanasan global mencederai upaya komunitas intelijen untuk melacak dampak-dampaknya. Sebuah laporan pengawasan Kongres tahun 2007 menemukan bahwa pemerintahan Bush terlibat dalam sebuah upaya sistematis untuk memanipulasi ilmu perubahan iklim dan menyesatkan para anggota dewan serta masyarakat mengenai bahaya pemanasan global.
Kini, para ilmuwan keikliman mengaku bahwa penelitian mereka dihambat oleh loncatan data yang diakibatkan kurangnya pendanaan pada masa pemerintahan Bush. Pada tahun 2005, Dewan Penelitian Nasional mengatakan bahwa sistem satelit lingkungan AS terancam ambruk.
Bahkan dalam masa pemerintahan Bush, masih ada pekerjaan yang dilakukan.
Pada 2007, kepala intelijen Departemen Energi, Mowatt-Larssen membuat sebuah program eksperiental bernama Global Energy and Environment Strategic Ecosystem atau Global EESE. Ia menunjuk Carol Dumaine, seorang ahli perkiraan CIA yang dikenal kreatif, untuk memimpin program itu.
"Intelijen modern kita berkembang untuk jenis ancaman yang berbeda: Monolitik, daru atas ke bawah, terus berubah dan bertambah," kata Durmaine yang sejak saat itu kembali ke CIA. Di sisi lain, ia mencoba mengembangkan tim intelijen berisi para genius.
Program itu menghadirkan lebih dari 200 orang terpintar dari seluruh dunia untuk mengeksplorasi dampak isu-isu seperti perubahan iklim tiba-tiba, infrastruktur energi dan penekanan lingkungan di Afghanistan.
Tapi, baru dua tahun, program itu ditutup. Para mantan anggotanya mengatakan bahwa hal itu dilakukan karena perselisihan birokratis, tekanan politik dari Kongres dan Gedung Putihnya Bush, serta kekhawatiran menyeret orang-orang asing ke wilayah intelijen.
"Hal terpenting yang hilang dari kami adalah data. Kami kehilangan data yang mendampingi cara-cara baru melakukan pengumpulan data intelijen dan melakukannya dengan benar dengan masalah lingkungan," kata Mowatt-Larssen.
Pada April 2007, sekelompok mantan petinggi militer merilis laporan yang menyebutkan bahwa proyeksi perubahan iklim menjadi "ancaman serius terhadap keamanan nasional Amerika."
Departemen Pertahanan mensponsori penelitian perubahan iklim dan keamanan, dan tahun lalu menjanjikan dana $7,5 juta untuk mempelajari dampak-dampaknya di Afrika, yang diklaim para pakar keamanan dapat menjadi tantangan ganda jika terorisme dan perubahan iklim terjadi terhadap pemerintahan-pemerintahan yang lemah.
Pusat penelitian iklim CIA baru-baru ini merekrut seorang ahli Afrika, dan direkturnya baru saja kembali dari benua itu.
Para pejabat intelijen mengatakan bahwa dibutuhkan lebih banyak kinerja untuk mengetahui dampak-dampak besar yang kemungkinannya rendah. Pada tahun 2003, sebuah studi yang disponsori Pentagon menyimpulkan bahwa jika terjadi lelehan es secara cepat, maka hal itu dapat menyebabkan berhentinya arus-arus besar di laut dan mengakibatkan konflik terkait sumber daya alam, migrasi, dan juga penyusunan kembali situasi geopolitik yang signifikan.
Musim panas ini, CIA berencana menggelar latiihan perang iklim yang mempelajari kejadian-kejadian besar semacam itu. CIa berencana menciptakan skenario dengan bantuan para pakar keamaan, ilmuwan, dan ahli asuransi, serta para penulis naskah Hollywood yang bisa menciptakan skenario bencana yang paling tidak diperkirakan.

0 comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Komentarnya:

Copyright 2010 INFO Free
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger