Coba Remehkan Zat Besi, Organ Vital Tubuh Terancam Rusak!


E-mail Cetak PDF
Ada dua hal yang sering dilupakan Sari, 25 tahun. Akuntan di sebuah perusahaan ini sering mengabaikan waktu dan kebutuhan makan tiga kali sehari. Ia tergolong penggila kerja. Soal tak suka makan, selain karena memang sering terlewatkan lantaran keasyikan kerja, ia pun tak ingin tubuhnya melar. Ia melihat penggila kerja lain berbadan lebar karena sambil bekerja tak berhenti mengunyah. Namun pola seperti itu membuat Santi terjebak dalam suatu kondisi yang tak dinyana. Sari tak sanggup lagi tampil ceria. Kecantikannya seperti luntur karena ia lebih sering terlihat lesu dan lunglai. Dua gejala itu pun terus bertambah. Ia melihat warna pucat di kelopak mata bagian mata, belum lagi pusing dan konsentrasi menurun.
Dr Elvina Karyadi mengaitkan gejala tersebut dengan penyakit anemia. Country Director Micro Nutrient Initiative Indonesia itu mengatakan kondisi tersebut tak hanya dipicu oleh kehamilan dan datang haid, tapi juga lantaran bekerja hingga larut malam, diet ketat, dan pola makan serampangan. Sebab, pola hidup yang buruk itu berpotensi menyebabkan orang kehilangan lebih banyak zat besi.
"Anemia dipicu defisiensi zat besi," katanya dalam simposium mini "Anemia dan Wanita" yang digelar oleh Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Apalagi kebutuhan perempuan terhadap zat besi per hari lebih tinggi dibanding pria. Setiap hari, kaum hawa bisa kehilangan 1-2 mg zat besi lewat ekskresi normal. Ketika haid, kehilangannya bisa bertambah sampai 1 mg. Anemia akan meradang saat kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Batasan normal wanita berada pada kisaran 12 gr persen dan pria 14 gr persen. Fungsi hemoglobin adalah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh.
Ketika hamil, perempuan juga membutuhkan ekstra zat besi. "Pada trimester kedua (kehamilan 13-28 minggu), kebutuhan sel-sel darah meningkat," ujar Elvina. Lalu saat nifas akan menurun kembali.
Data Departemen Kesehatan 2006 di 10 provinsi menunjukkan bahwa 30 persen ibu hamil kekurangan zat besi. Sedangkan prevalensi pada balita mencapai 26 persen. "Di Indonesia, sebagian besar kasus anemia disebabkan kurangnya asupan zat besi," ucapnya.
Meski penting bagi kaum hawa, ini juga mesti diperhatikan kaum adam. Sementara banyak yang mengontrol dan khawatir atas asupan protein dan karbohidrat sehari-hari, banyak pula yang mengesampingkan bahwa ada satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan yakni vitamin dan mineral bagi tubuh seperti zat besi.

Padahal, zat besi penting bagi keseluruhan kesehatan kita. Kekurangan zat besi bisa menyebabkan rasa pusing, tubuh terasa lemas, gangguan pencernaan, dan kelelahan. Maka itu, perempuan terutama yang tengah hamil dan menstruasi membutuhkan lebih banyak zat besi. Begitu juga atlet pelari jarak jauh dan vegetarian.

Maka itulah, muncul perdebatan apakah gaya hidup sebagai vegetarian lebih sehat mengingat kurangnya asupan zat besi. Namun tenang, bagi Anda para vegetarian, zat besi bisa didapatkan dari sereal gandum, sayuran daun hijau seperti bayam. Sementara itu, bagi Anda yang bukan vegetarian tentu lebih mudah mendapatkan zat besi seperti pada daging dan ikan. Asupan suplemen vitamin C atau memakan buah yang mengandung vitamin C seperti jeruk juga bisa membantu tubuh lebih cepat dan efektif menyerap zat besi.

Perempuan yang tengah menjalani diet seringkali menghindari makanan mengandung zat besi. Supaya tak kekurangan, Anda bisa menggantinya dengan daging anak domba dan daging sapi tanpa lemak, rendah kalori, dan tinggi zat besi.

Tanpa zat besi, tubuh kita akan kekurangan oksigen. Kondisi itu bisa berujung pada lemahnya sistem vital tubuh kita. Padahal tubuh membutuhkannya untuk memproduksi sel darah merah baru guna menghantarkan oksigen ke paru-paru lalu disebarkan ke seluruh bagian tubuh. Haemoglobin dalam sel darah itu kaya akan zat besi.

Akan tetapi, yang patut dipahami yaitu bukan seberapa banyak zat besi yang diasup tubuh kita, tapi seberapa banyak yang mampu terserap tubuh.

Kopi dan teh memiliki kandungan zat yang bisa memblokir penyerapan zat besi. Maka itu, hindari meminumnya bersamaan dengan makanan Anda.
Menurut Elvina, kekurangan zat besi itu memicu efek domino. Bayi yang lahir dari ibu anemia bakal membawa gen itu, dan seterusnya. Akibatnya, perempuan pembawa gen rentan penyakit degeneratif, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Atas alasan gen itu, anemia memang harus dihindari. Caranya tergolong mudah, untuk mendapat asupan zat besi memadai, perempuan bisa menerapkan pola makan kaya besi. Misalnya dengan memasukkan ayam, telur, sayur hijau tua, dan makanan laut dalam menu. Dengan catatan, penyerapan besi dari hewani lebih baik ketimbang nabati.
Dalam mengkonsumsi produk kaya besi, hindari makanan yang mengandung zat fosfat maupun oxalat phytate. "Zat itu akan menghambat penyerapan zat besi," kata Elvina. Sebagai contoh, sehabis memakan daging panggang, sebaiknya minum es jeruk, bukan teh atau kopi. Es jeruk kaya akan vitamin C yang membuat usus dapat berjalan optimal. Selain itu, makanan cokelat, biskuit sereal, kacang-kacangan, dan susu juga penghambat penyerapan besi.
Pada remaja, khususnya anak sekolah, defisiensi besi sudah mulai menurun. Menurut Elvina, sebelum 2004, persentase defisiensi besi mencapai 40 persen, sedangkan kini menurun menjadi 25 persen. Hal itu diduga sebagai dampak dari fortifikasi (penambahan zat gizi) pada makanan yang banyak ditemukan di pasaran, termasuk juga dalam tepung terigu. Konsumsi tepung terigu di level rumah tangga Indonesia juga sangat tinggi.
Jadi, ketimbang loyo plus 5 L (lemah, lesu, letih, lalai, lunglai) sampai mengalami gangguan kognitif, tidak ada ruginya mengubah menu makan ke menu yang kaya besi agar selalu berseri.

0 comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Komentarnya:

Copyright 2010 INFO Free
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger