BENTROK
Dua Prajurit Yaman Tewas
Dua prajurit Yaman tewas dalam bentrokan dengan gerilyawan selatan di provinsi Lahij, Senin (10/1/2011). Pada saat bersamaan, Sanaa mengirim pasukan tambahan ke wilayah bergolak itu, kata sejumlah pejabat. "Dua prajurit tewas dan dua lain cedera dalam bentrokan antara militan dari Gerakan Selatan dan pasukan Yaman" di sebuah daerah antara Habilayn dan Al-Milah, kata seorang pejabat daerah kepada AFP. Petugas medis di provinsi selatan itu mengatakan, rumah sakit lokal juga telah menerima empat prajurit yang terluka pada Minggu. Sementara itu beberapa pejabat keamanan mengatakan, pasukan bantuan telah mencapai Al-Milah, 20 kilometer dari kota Habilayn yang selama beberapa pekan dikuasai oleh kelompok bersenjata selatan. "Kami telah melewati wilayah Al-Milah dan sedang menuju Habilayn," kata seorang pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya, dengan menambahkan bahwa militer terlibat dalam pertempuran dengan gerilyawan bersenjata di daerah antara Habilayn dan Al-Milah.
"Puluhan militan selatan ditempatkan di daerah perbukitan sekitar kota itu sejak Minggu malam untuk mengantisipasi serangan militer," kata seorang saksi di Habilayn. Seorang pemimpin Gerakan Selatan di daerah itu, Fadel Hammash, mengatakan, "Kami menekankan pilihan kami untuk perlawanan damai dan mengutuk serangan militer di Al-Milah dan Habilayn." "Kami mendesak organisasi kemanusiaan dan hak asasi di dalam dan luar Yaman untuk mengutuk penyerbuan terhadap kami," tambahnya. Yaman hingga kini juga masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan. Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan menjadi pangkalan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan tempat peluncuran bagi serangan-serangan dengan sasaran AS. Dua paket bom ditemukan dalam perjalanan dari Yaman ke AS pada akhir Oktober -- satu di Inggris dan satu lagi di Dubai, dan AQAP mengklaim kedua rencana serangan itu. Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan AQAP. Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 miliar dollar AS dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September. Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut. Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal. AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan. Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia. Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember 2009. Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009. Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan. Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.
"Puluhan militan selatan ditempatkan di daerah perbukitan sekitar kota itu sejak Minggu malam untuk mengantisipasi serangan militer," kata seorang saksi di Habilayn. Seorang pemimpin Gerakan Selatan di daerah itu, Fadel Hammash, mengatakan, "Kami menekankan pilihan kami untuk perlawanan damai dan mengutuk serangan militer di Al-Milah dan Habilayn." "Kami mendesak organisasi kemanusiaan dan hak asasi di dalam dan luar Yaman untuk mengutuk penyerbuan terhadap kami," tambahnya. Yaman hingga kini juga masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan. Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan menjadi pangkalan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) dan tempat peluncuran bagi serangan-serangan dengan sasaran AS. Dua paket bom ditemukan dalam perjalanan dari Yaman ke AS pada akhir Oktober -- satu di Inggris dan satu lagi di Dubai, dan AQAP mengklaim kedua rencana serangan itu. Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan AQAP. Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 miliar dollar AS dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September. Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut. Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal. AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan. Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia. Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember 2009. Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember 2009. Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan. Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Komentarnya: